Mengenai baterai :
Tetang Lithium Baterai (updated on February 2009):
Ada 3 jenis baterai Lithium sekarang ini yang kita kenal dipasaran :
- Tipe LiLo = Maximal 4.1V/cell, dan "Cut-Off" level 2.5V/cell, Voltage Level = 3.6/cell
- Tipe LiPo = Maximal 4.2V/cell, dan "Cut-Off" level 3.0V/cell, Voltage Level = 3.7/cell
- Tipe LiFe = Maximal 3.6V/cell, dan "Cut-Off" level 2.0V/cell, Voltage Level = 3.3/cell
Yang
paling umum digunakan untuk rc-model adalah tipe LiPo (standar tahun
2009) sedangkan "simple" charger yang tersedia umumnya hanya untuk charging
baterai tipe LiPo, kecuali beberpa tipe computerized charger yang salah satunya adalah e-Station BC6
dari BANTAM dapat digunakan untuk charging ketiga baterai Lithium
tersebut diatas. Penanganan baterai jenis LiPo pada umumnya adalah
harus sangat hati-hati!!! Jika
kita berniat hanya mau coba2 saja dengan baterai ini ataupun tidak mau
memperhatikan jenis chargernya (mau coba2 menggunakan charger biasa), maka sebaiknya kita tidak mencoba untuk
menggunakan baterai tipe ini. Arus yang terlalu besar dapat mengakibatkan
baterai "meledak", hubungan
pendek akan langsung merusak baterai, demikian pula dengan tegangan
yang terlalu rendah (dibawah 3V pada jenis LiPo)pada saat "discharge". Charging LiPo
harus selalu menggunakan charger spesial untuk LiPo dan tidak boleh
menggunakan charger yang lain. Perhatikan jika kita membeli charger
terpisah dengan baterainya, apakah charger tsb bisa di "set" untuk
berbagai macam Lithium baterai, dalam hal ini perlu di set untuk LiPo bahwa tegangan maximum
yang diperbolehkan adalah 4.2V/cel!! Perhatikan pada saat mulai
charging, apakah jumlah baterai sesuai dengan setting pada charger yang
telah ditentukan sebelumnya, (ini sangat penting!!). Mungkin
rekan2 agak sedikit bingung mengenai kabel baterai jenis Li,
karena adanya kabel tambahan selain kabel positif dan negatifnya. Kabel
ini kita sebut "balance-cable" yang terhubung dengan masing2 cel
di setiap paket baterainya. Hubungkan
senantiasa "balance" kabel dengan charger yang mempunyai kemampuan
untuk
"balance-charger". Perlu diperhatikan disini bahwa "balancing" pada
jenis Lithium baterai sebenarnya adalah merupakan keharusan,
karena jika ada salah satu cel yang rusak pada paket baterai dan tidak terdeteksi, kondisi
baterai menjadi tidak optimal dan proses charger berikutnya dapat
merusak lebih banyak lagi baterai (paket baterai juga bisa "meledak"
walaupun charger sudah di set sesuai dengan jumlah cel dalam satu
paketnya). Jadi selalu gunakan "balancer" jika memang charger anda tipe
charger LiPo biasa (balancer tidak terintegrasi di dalam charger).
Namun saya sarankan lebih baik untuk membeli "balance-charger" saja
untuk lebih memudahkannya (two in one).
Contoh hubungan baterai ke charger : + baterai ke + charger, - baterai ke - charger, dan balance connector.
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan pada saat charging:
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan pada saat charging:
- Untuk selalu mengawasi proses charging Lithium baterai dan charging process tidak boleh ditinggalkan begitu saja (contoh, charge dari malam hari ke pagi dan kita tinggal tidur). Ini karena proses charging Lithium lebih "sensitif" dan harus lebih "dikontrol".
- Selalu menggunakan alas untuk charger yang tidak mudah terbakar, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
- Sebaiknya baterai tidak di charge melebihi "1C", kecuali memang diperbolehkan oleh pabrik pembuatanya (lihat lagi spesifikasi baterai). Saya pribadi lebih senang dengan 1/2C atau bahkan 1/4C untuk memperpanjang umur baterai.
- Jika pada saat charging paket baterai menjadi "kembung", secepatnya matikan charger, letakkan baterai di area yang aman (luar ruangan), tunggu beberapa jam (~2jam), lalu "discharge" baterai tersebut (bisa menggunakan lampu dengan tegangan yang sesuai, sampai lampu benar2 mati) dan buanglah paket baterai tersebut (jangan digunakan lagi).
- Jika rc-model pesawat yang menggunakan Lithium baterai jatuh, keluarkan baterai perlahan-lahan dari tempatnya, cek kondisi baterai, lalu diamkan beberapa menit (~20min) sebelum disimpan. Ini dilakukan karena bisa saja ada "short" ketika baterai terbentur dengan keras.
- Charge baterai tipe ini selalu di area yang terbuka dan cukup ventilasinya.
Sama
sepeeti model baterai NiCd/NiMH, "C" pada Lithium baterai juga
menggambarkan kapasitas baterai tersebut. Jika sebuah paket
baterai Li mempunyai kapasitas 2200 mAh, maka baterai tersebut secara
teoritis dapat memberikan kapasitas sebesar 2200mA selama satu jam
(=1C) ataupun 4400mA selama setengah jam (=2C)...dst. Lithium
baterai mempunyai keterbatasan besarnya arus yang dapat dihasilkan
tergantung dari kapasitanya. Oleh karena itu Lipo dapat di hubungkan
secara "paralel" untuk meningkatkan kapasitas paket baterainya. Jika
kita menghubungkan 2 cell baterai 2000mAh secara paralel, maka praktis
kapasitas baterai menjadi 2C (4000mAh) dengan tegangan yang sama (tidak
berubah). Dengan kondisi ini jika kita melakukan "discharge 2C" pada
paket sebelumnya hanya didapakan 4000mAh, sedangkan pada paket paralel
kita mendapatkan 8000mAh. Dengan ini maka paket Lithium baterai
juga menggunakan simbol "SxPx" yang artinya berapa cel disusun secara "seri" dan berapa disusun secara "paralel".
Jadi jika kita melihat indikas "3S4P" dan 2100 mAh setiap cell/ baterai
artinya ada 12 cell baterai pada paket tersebut dengan tegangan sebesar
3S (karena susuan seri adalah yang selalu menentukan jumlah tegangan
baterai). Jika paket baterai mempunyai kemampuan maximum "discharge"
6C, maka nominal voltage baterai adalah 11.1V (3 x 3.7V) dan maximum
"discharge" rate-nya adalah 50.4Ah (2100mAh x 6 x 4). Note : Voltage
level/ standar tegangan untuk LiPo adalah 3.7V.
Radio Pemancar (Transmitter):
Disini saya berbicara khusus untuk model yang bertenaga baterai,
untuk pesawat, minimum diperlukan 3 kanal, sedangkan untuk heli sebaiknya
minimum 5 kanal.
Adapun kanal tersebut diperlukan untuk kedua model sbb :
- Pesawat : ch1 Speedcontrol, ch2 Rudder, ch3 Elevator (jika ada extra kanal tentunya dapat ditambahkan dengan ch4 Aeleron, ch5 Flap, ch6 Roda pesawat....dll)
- Helikopter : ch1 Speedcontrol, ch2 Kemudi depan, ch3 Kemudi samping, ch4 Tailrotor, tentunya yang ini dengan option "fix-pitch". (Disarankan untuk heli, minimum menggunakan radio 5 kanal, sehingga ada tambahan ch5 Collective Pitch).
Terutama untuk helikopter sebaiknya menggunakan
radio/transmitter yang
menggunakan sistem komputer, sehingga fasilitas revo-mix, dual-rate,
servo-trimming, autorotation, Idle-Up (dan masih ada beberapa option lagi) bisa
diatur secara tepat. Penting bagi pemula adanya extra option variable gas &
pitch sehingga heli dapat lebih mudah untuk "hover".Beberapa option
yang utama (karena cukup banyak dan tergantung dari kemampuan transmitternya),
saya akan jelaskan disini.
Pesawat :
- Dual Rate : posisi "lengan" servo dapat di set ke sudut tertentu dengan menggunakan extra switch
- Servo-Trimming : posisi "lengan" servo dapat di set ke posisi netral dengan parameter transmitternya
- Flaps : posisi aeleron dapat di set sehingga gerakannya searah (dapat digunakan untuk "soft-landing" pesawat)
Helikopter : (seperti yang option pesawat tanpa flaps, plus...)
- Revo-Mix : menyesuaikan perputaran baling-baling utama dengan baling-baling ekor, sehingga membantu heli untuk tidak berputar ketika "hover"
- Autorotation : kemampuan baling-baling untuk berputar terus ketika motor dalam kondisi "off " (dapat dugunakan untuk "soft" maupun "emergency" landing).
- Idle-Up : kemampuan untuk men-"set" motor pada "rpm " tertentu (konstan).
Center of Gravity (CG =Titik Berat) :
Baling-baling utama helikopter, perlu di kontrol CG-nya sebelum
boleh berputar pada kecepatan tinggi. Tanpa setting CG yang benar, heli akan
mengalami vibrasi, dan pengendalian akan sangat sulit sekali. Adapun cara
pengontrolan CG adalah :
- Gunakan sebuah penggaris yang didirikan, lalu letakkan salah satu balingnya, dan setelah "balance" beri tanda. Lakukan pada baling-baling kedua, lalu beri tanda juga. Dan sekarang bandingkan tanda tersebut. jika ternyata lokasinya tidak sama (> 1mm), maka yang letak CG-nya lebih luar adalah yang benar. Lekatkan sticker pada baling yang CG nya agak kedalam, sampai persis kedua CG tersebut sama, artinya mereka sudah "Dynamic-Balance".
- Kedua baling-baling lalu ujungnya di isolasi (dengan "tape"), sekarang letak pertemuan mereka diletakkan di atas penggaris, tidak boleh berat sebelah, jika ternyata salah satu baling lebih ringan, maka perlu diberi sticker pada baling tersebut, tepat di CGnya. Sekarang mereka juga "Static-Balance".
Heli hanya boleh terbang, jika sudut pitch telah di
"set", dan dinamik, serta statik keseimbangan telah dicapai.
Gyro/Autopilot :
Bagi yang belum pernah menggunakan gyro (mutlak untuk model heli),
tentunya sering bertanya-tanya, apa fungsi dari gyro/autopilot ini. Sebenarnya
dari kata "autopilot" mungkin kita sudah bisa menerka fungsinya,
sebagai pengendali otomatis. Untuk heli, maka yang akan dikendalikan adalah
tailrotor. Jadi pada prinsipnya, servo untuk tailrotor dikendalikan oleh
transmitter (manual), dan oleh gyro (automatic), dengan tujuan, agar ekor heli (bagian
heli yang agak kritis...) dapat lebih stabil dan hanya memerlukan sedikit
pengendalian saja. Jadi, jika ada yang bertanya, apakah tanpa gyro juga kita
bisa menerbangkan heli, jawabnya ya.... tapi pengendalian heli akan sangat sulit
sekali (bayangkan angin kecil yang selalu bertiup setiap saat akan mempengaruhi
stabilitas tailrotor). Bagaimana cara bekerjanya gyro ? Secara alamiah tidak
begitu sukar untuk memahaminya, tapi secara teoritis, perlu adanya sedikit
pengetahuan mengenai dasar-dasar fisika (bisa ditinjau mengenai gaya
"precession"). Bayangkan, kita ikat ban sepeda pada satu sisi sumbunya,
lalu digantung. Maka pada keadaan tidak berputar, posisi ban sepeda tersebut
akan horizontal, sekarang kita putar dengan kecepatan lumayan, maka ban sepeda
tersebut akan berusaha bergerak naik ke atas pada posisi vertikal....Demikian
pula cara kerja gyro (yang mekanik). Cukup mengenai sedikit teori.. :-)
Ada dua macam jenis gyro, elektronik & mekanik, dan parameter yang bisa di
setting pada umumnya adalah :
- Sensitivity : kepekaan gyro terhadap gerakan heli (umumnya 0....10)
- Reverse Switch : jika gerakan tailrotor tidak sesuai dengan gerakan servo (artikel Helikopter), maka. servo dapat di reverse
- Heading Hold : untuk menstabilkan heli pada posisi "middle-stick"
Saya anjurkan menggunakan yang elektronik (mis: piezo gyro),
sehingga lebih kecil dan ringan, serta kebanyakan mempunyai fungsi yang lebih
luas dibandingkan mekanik gyro.
Ni-Cd Charger (Alat Pengisi Baterai Ni-Cd) :
- Mempunyai fungsi "quick-charge", biasanya 1A-5A (hati-hati dalam penggunaanya, harus disesuaikan oleh kapasitas baterai!!!, contoh : untuk Ni-Cd 2000 mAh pengisian dengan 4A tidak boleh melebihi 30 min!!!)
- Adanya fungsi "discharge" (hingga 0,8V-1V per celll), sebelum pengisian baterai, sehingga tidak timbulnya memori-effek yang dapat mengurangi kemampuan baterai.
- Adanya system "cut-off" jika suhu baterai melebihi temperatur yang telah di set sebelumnya (sekitar 45 derajatC)
- Mempunyai kemampuan "doubble- input", baik dari 220V maupun 12V (aki mobil)
- Auto-stop, jika baterai telah mencapai kapasitasnya
- Adanya "display", yang menunjukkan arus dan tegangan, ketika sedang pengisian
- Mempunyai kemampuan "voltage-regulator" sehingga memungkinkan pengisian baterai lebih dari 7 cellls.
Jika hanya mempunyai charger yang "biasa" saja, maka
perlu adanya kontrol terhadap arus ke baterai (dengan multimeter) pada saat pengisian,
pengosongan baterai dapat dilakukan dengan menggunakan 12V, 20W lampu motor (perhatikan
untuk melepas lampu tersebut, jika voltage per celll sudah sekitar 0,8V), dan
untuk pengisian baterai lebih dari 7 cellls, arus secara periodik perlu di
kontrol, dan jika arus berkurang," charge-time" perlu diperpanjang.
Baterai yang baik adalah merupakan suatu keharusan (terutama untuk electric heli),
dan tanpa didukung oleh charger yang baik, maka kemampuan bateraipun tidak akan
bisa optimal.
Storing (Motor Interference) :
- Posisi receiver dipasang sejauh mungkin dari motor
- Antena receiver jangan sampai digulung, tapi kalau bisa dibentangkan
- Menggunakan extra coil/lilitan spesial untuk motor interference-reduction
- Atau.... menggunakan receiver+transmitter dengan mode PCM (Puls Code Modulation)
Volt-Timer :
Multimeter
AC & DC : 200 mV ~ 400V, DC : 200uA ~ 10A
Pengukuran "Volt" biasanya dibutuhkan kita pada proses
"discharging" & "Ampere" pada saat proses
"charging"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar