Mengenai baterai :
Baterai yang digunakan pada umumnya adalah jenis Ni-Cd atupun jenis NiMH.
Adapun keuntungannya menggunakan NiMH adalah, tidak adanya "memory efek"
yang timbul, jika baterai di isi sebelum isinya benar-benar habis (min 0,8 V per
baterai), hal ini akan berakibat buruk pada baterai, dan lama kelamaan tenaga
bateraipun akan berkurang. NiMH mempunyai kelemahan, bahwa baterai jenis ini
harus selalu dalam kondisi terisi, terutama jika mau disimpan untuk agak lama
(5, 6, 7 bulan...atau lebih),
dan pada umumnya tidak mempunyai tegangan yang konstan, pada saat baterai
tersebut dibebani/dipakai. Khusus untuk helikopter saya anjurkan dengan
kapasitas minimum 2000 mAh (biasanya paling sedikit dengan 7 baterai), agar
putaran mesin dapat lebih konstan. Baterai-baterai ini dengan penggunaan yang
"normal" dapat bertahan hingga 500 kali pengisian. Adapun pengisian
baterai yang paling "aman" adalah dengan 0,1C (C=kapasitas baterai)
selama 12 samapai 14 jam. Pengisian dengan 0,5C atau bahkan 1C dan 2C hanya
dapat dilakukan pada baterai-baterai tertentu yang mengijinkan sistem
"quick-charge".
Baterai yang akan
kita gunakan, dapat kita rakit sendiri. Adapun keuntungannya adalah, bahwa kita
dapat memilih baterai sesuai dengan arus dan jumlah tegangan yang diinginkan.
Untuk RC flight biasanya diperlukan baterai dengan min 1500mAh 7,2V sedangkan
untuk RC heli diperlukan min 1800mAh 8,4V.
Tetang Lithium Baterai (updated on February 2009):
Tidak dapat dihindari lagi bahwa "Lithium" baterai akan menjadi
"favorit" terutama untuk para penggemar model electric-RC sekarang ini,
karena ukurannya lebih kecil, beratnya lebih ringan dan kapasitasnya
lebih tinggi dari pada baterai tipe NiCd/NiMH. Karakteristik kimia dari
baterai tipe ini sangat berbeda dengan tipe baterai yang kita kenal
sebelumnya oleh sebab itu penanganannyapun cukup berbeda. Saya akan coba
jelaskan sedikit (terutama kepada rekan2 pemula) mengenai baterai tipe
Lithium ini;
Ada 3 jenis baterai Lithium sekarang ini yang kita kenal dipasaran :
- Tipe LiLo = Maximal 4.1V/cell, dan "Cut-Off" level 2.5V/cell, Voltage Level = 3.6/cell
- Tipe LiPo = Maximal 4.2V/cell, dan "Cut-Off" level 3.0V/cell, Voltage Level = 3.7/cell
- Tipe LiFe = Maximal 3.6V/cell, dan "Cut-Off" level 2.0V/cell, Voltage Level = 3.3/cell
Yang
paling umum digunakan untuk rc-model adalah tipe LiPo (standar tahun
2009) sedangkan "simple" charger yang tersedia umumnya hanya untuk charging
baterai tipe LiPo, kecuali beberpa tipe computerized charger yang salah satunya adalah
e-Station BC6
dari BANTAM dapat digunakan untuk charging ketiga baterai Lithium
tersebut diatas. Penanganan baterai jenis LiPo pada umumnya adalah
harus
sangat hati-hati!!! Jika
kita berniat hanya mau coba2 saja dengan baterai ini ataupun tidak mau
memperhatikan jenis chargernya (mau coba2 menggunakan charger biasa), maka sebaiknya kita tidak mencoba untuk
menggunakan baterai tipe ini. Arus yang terlalu besar dapat mengakibatkan
baterai
"meledak", hubungan
pendek akan langsung merusak baterai, demikian pula dengan tegangan
yang terlalu rendah (dibawah 3V pada jenis LiPo)pada saat "discharge". Charging LiPo
harus selalu menggunakan charger spesial untuk LiPo dan tidak boleh
menggunakan charger yang lain. Perhatikan jika kita membeli charger
terpisah dengan baterainya, apakah charger tsb bisa di "set" untuk
berbagai macam Lithium baterai, dalam hal ini perlu di set untuk LiPo bahwa tegangan maximum
yang diperbolehkan adalah 4.2V/cel!! Perhatikan pada saat mulai
charging, apakah jumlah baterai sesuai dengan setting pada charger yang
telah ditentukan sebelumnya,
(ini sangat penting!!).
Mungkin
rekan2 agak sedikit bingung mengenai kabel baterai jenis Li,
karena adanya kabel tambahan selain kabel positif dan negatifnya. Kabel
ini kita sebut "balance-cable" yang terhubung dengan masing2 cel
di setiap paket baterainya. Hubungkan
senantiasa "balance" kabel dengan charger yang mempunyai kemampuan
untuk
"balance-charger". Perlu diperhatikan disini bahwa "balancing" pada
jenis Lithium baterai sebenarnya adalah merupakan
keharusan,
karena jika ada salah satu cel yang rusak pada paket baterai dan tidak terdeteksi, kondisi
baterai menjadi tidak optimal dan proses charger berikutnya dapat
merusak lebih banyak lagi baterai (paket baterai juga bisa
"meledak"
walaupun charger sudah di set sesuai dengan jumlah cel dalam satu
paketnya). Jadi selalu gunakan "balancer" jika memang charger anda tipe
charger LiPo biasa (balancer tidak terintegrasi di dalam charger).
Namun saya sarankan lebih baik untuk membeli "balance-charger" saja
untuk lebih memudahkannya (two in one).
Contoh hubungan baterai ke charger : + baterai ke + charger, - baterai ke - charger, dan balance connector.
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan pada saat charging:
- Untuk
selalu mengawasi proses charging Lithium baterai dan charging process
tidak boleh ditinggalkan begitu saja (contoh, charge dari malam hari ke
pagi dan kita tinggal tidur). Ini karena proses charging Lithium lebih
"sensitif" dan harus lebih "dikontrol".
- Selalu menggunakan alas untuk charger yang tidak mudah terbakar, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan.
- Sebaiknya
baterai tidak di charge melebihi "1C", kecuali memang diperbolehkan
oleh pabrik pembuatanya (lihat lagi spesifikasi baterai). Saya pribadi
lebih senang dengan 1/2C atau bahkan 1/4C untuk memperpanjang umur
baterai.
- Jika pada saat charging paket baterai menjadi
"kembung", secepatnya matikan charger, letakkan baterai di area yang
aman (luar ruangan), tunggu beberapa jam (~2jam), lalu "discharge"
baterai tersebut (bisa menggunakan lampu dengan tegangan yang sesuai,
sampai lampu benar2 mati) dan buanglah paket baterai tersebut (jangan
digunakan lagi).
- Jika rc-model pesawat yang menggunakan Lithium
baterai jatuh, keluarkan baterai perlahan-lahan dari tempatnya, cek
kondisi baterai, lalu diamkan beberapa menit (~20min) sebelum
disimpan. Ini dilakukan karena bisa saja ada "short" ketika baterai
terbentur dengan keras.
- Charge baterai tipe ini selalu di area yang terbuka dan cukup ventilasinya.
Sama
sepeeti model baterai NiCd/NiMH, "C" pada Lithium baterai juga
menggambarkan kapasitas baterai tersebut. Jika sebuah paket
baterai Li mempunyai kapasitas 2200 mAh, maka baterai tersebut secara
teoritis dapat memberikan kapasitas sebesar 2200mA selama satu jam
(=1C) ataupun 4400mA selama setengah jam (=2C)...dst. Lithium
baterai mempunyai keterbatasan besarnya arus yang dapat dihasilkan
tergantung dari kapasitanya. Oleh karena itu Lipo dapat di hubungkan
secara "paralel" untuk meningkatkan kapasitas paket baterainya. Jika
kita menghubungkan 2 cell baterai 2000mAh secara paralel, maka praktis
kapasitas baterai menjadi 2C (4000mAh) dengan tegangan yang sama (tidak
berubah). Dengan kondisi ini jika kita melakukan "discharge 2C" pada
paket sebelumnya hanya didapakan 4000mAh, sedangkan pada paket paralel
kita mendapatkan 8000mAh. Dengan ini maka paket Lithium baterai
juga menggunakan simbol "SxPx" yang artinya berapa cel disusun secara "seri" dan berapa disusun secara "paralel".
Jadi jika kita melihat indikas "3S4P" dan 2100 mAh setiap cell/ baterai
artinya ada 12 cell baterai pada paket tersebut dengan tegangan sebesar
3S (karena susuan seri adalah yang selalu menentukan jumlah tegangan
baterai). Jika paket baterai mempunyai kemampuan maximum "discharge"
6C, maka nominal voltage baterai adalah 11.1V (3 x 3.7V) dan maximum
"discharge" rate-nya adalah 50.4Ah (2100mAh x 6 x 4). Note : Voltage
level/ standar tegangan untuk LiPo adalah 3.7V.
Radio Pemancar (Transmitter):
Berbagai
macam jenis transmitter yang dapat digunakan untuk model RC. Paling kiri adalah
type Tx yang pada umumnya hanya digunakan untuk model RC car. Harap diingat,
ketika sedang menerbangkan model RC, frekuensi yang digunakan harus
kosong! (tidak
digunakan oleh penerbang lain). "Modul" frekuensi dari setiap
transmitter harus dapat ditukar sesuai dengan frekuensi yang kita inginkan.
Disini saya berbicara khusus untuk model yang bertenaga baterai,
untuk pesawat, minimum diperlukan 3 kanal, sedangkan untuk heli sebaiknya
minimum 5 kanal.
Adapun kanal tersebut diperlukan untuk kedua model sbb :
-
Pesawat : ch1 Speedcontrol, ch2 Rudder, ch3 Elevator (jika
ada extra kanal tentunya dapat ditambahkan dengan ch4 Aeleron, ch5 Flap, ch6
Roda pesawat....dll)
-
Helikopter : ch1 Speedcontrol, ch2 Kemudi depan, ch3 Kemudi
samping, ch4 Tailrotor, tentunya yang ini dengan option
"fix-pitch". (Disarankan untuk heli, minimum menggunakan radio 5
kanal, sehingga ada tambahan ch5 Collective Pitch).
Sebelum
servo maupun receiver dipasang didalam RC model, ada baiknya dilakukan
"test" dahulu, apakah semua bagian berfungsi dengan baik. Seperti
gambar disamping ini, servo, receiver dan baterai dihubungkan, dan sekarang kita
coba gerakkan stick transmitter. Servo harus bergerak sesuai dengan arah maupun
jauhnya gerakan stick Tx dari posisi netral/tengah.
Terutama untuk helikopter sebaiknya menggunakan
radio/transmitter yang
menggunakan sistem komputer, sehingga fasilitas revo-mix, dual-rate,
servo-trimming, autorotation, Idle-Up (dan masih ada beberapa option lagi) bisa
diatur secara tepat. Penting bagi pemula adanya extra option variable gas &
pitch sehingga heli dapat lebih mudah untuk "hover".Beberapa option
yang utama (karena cukup banyak dan tergantung dari kemampuan transmitternya),
saya akan jelaskan disini.
Pesawat :
-
Dual Rate : posisi "lengan" servo dapat di set ke
sudut tertentu dengan menggunakan extra switch
-
Servo-Trimming : posisi "lengan" servo dapat di
set ke posisi netral dengan parameter transmitternya
-
Flaps : posisi aeleron dapat di set sehingga gerakannya searah
(dapat digunakan untuk "soft-landing" pesawat)
Helikopter : (seperti yang option pesawat tanpa flaps, plus...)
-
Revo-Mix : menyesuaikan perputaran baling-baling utama
dengan baling-baling ekor, sehingga membantu heli untuk tidak berputar
ketika "hover"
-
Autorotation : kemampuan baling-baling untuk berputar
terus ketika motor dalam kondisi "off " (dapat dugunakan untuk
"soft" maupun "emergency" landing).
-
Idle-Up : kemampuan untuk men-"set" motor pada
"rpm " tertentu (konstan).
Center of Gravity (CG =Titik Berat) :
Beberapa contoh
baling-baling untuk "Electric-Heli"
Baling-baling utama helikopter, perlu di kontrol CG-nya sebelum
boleh berputar pada kecepatan tinggi. Tanpa setting CG yang benar, heli akan
mengalami vibrasi, dan pengendalian akan sangat sulit sekali. Adapun cara
pengontrolan CG adalah :
-
Gunakan sebuah penggaris yang didirikan, lalu letakkan salah
satu balingnya, dan setelah "balance" beri tanda. Lakukan pada
baling-baling kedua, lalu beri tanda juga. Dan sekarang bandingkan tanda
tersebut. jika ternyata lokasinya tidak sama (> 1mm), maka yang letak CG-nya
lebih luar adalah yang benar. Lekatkan sticker pada baling yang CG nya agak
kedalam, sampai persis kedua CG tersebut sama, artinya mereka sudah
"Dynamic-Balance".
-
Kedua baling-baling lalu ujungnya di isolasi (dengan
"tape"), sekarang letak pertemuan mereka diletakkan di atas
penggaris, tidak boleh berat sebelah, jika ternyata salah satu baling lebih
ringan, maka perlu diberi sticker pada baling tersebut, tepat di CGnya. Sekarang mereka juga "Static-Balance".
Heli hanya boleh terbang, jika sudut pitch telah di
"set", dan dinamik, serta statik keseimbangan telah dicapai.
Gyro/Autopilot :
Ini Gyro yang
saya gunakan, Futaba FP-G 154
Bagi yang belum pernah menggunakan gyro (mutlak untuk model heli),
tentunya sering bertanya-tanya, apa fungsi dari gyro/autopilot ini. Sebenarnya
dari kata "autopilot" mungkin kita sudah bisa menerka fungsinya,
sebagai pengendali otomatis. Untuk heli, maka yang akan dikendalikan adalah
tailrotor. Jadi pada prinsipnya, servo untuk tailrotor dikendalikan oleh
transmitter (manual), dan oleh gyro (automatic), dengan tujuan, agar ekor heli (bagian
heli yang agak kritis...) dapat lebih stabil dan hanya memerlukan sedikit
pengendalian saja. Jadi, jika ada yang bertanya, apakah tanpa gyro juga kita
bisa menerbangkan heli, jawabnya ya.... tapi pengendalian heli akan sangat sulit
sekali (bayangkan angin kecil yang selalu bertiup setiap saat akan mempengaruhi
stabilitas tailrotor). Bagaimana cara bekerjanya gyro ? Secara alamiah tidak
begitu sukar untuk memahaminya, tapi secara teoritis, perlu adanya sedikit
pengetahuan mengenai dasar-dasar fisika (bisa ditinjau mengenai gaya
"precession"). Bayangkan, kita ikat ban sepeda pada satu sisi sumbunya,
lalu digantung. Maka pada keadaan tidak berputar, posisi ban sepeda tersebut
akan horizontal, sekarang kita putar dengan kecepatan lumayan, maka ban sepeda
tersebut akan berusaha bergerak naik ke atas pada posisi vertikal....Demikian
pula cara kerja gyro (yang mekanik). Cukup mengenai sedikit teori.. :-)
Ada dua macam jenis gyro, elektronik & mekanik, dan parameter yang bisa di
setting pada umumnya adalah :
-
Sensitivity : kepekaan gyro terhadap gerakan heli (umumnya
0....10)
-
Reverse Switch : jika gerakan tailrotor tidak sesuai dengan
gerakan servo (artikel Helikopter), maka. servo dapat di reverse
-
Heading Hold : untuk menstabilkan heli pada posisi
"middle-stick"
Saya anjurkan menggunakan yang elektronik (mis: piezo gyro),
sehingga lebih kecil dan ringan, serta kebanyakan mempunyai fungsi yang lebih
luas dibandingkan mekanik gyro.
Ni-Cd Charger (Alat Pengisi Baterai Ni-Cd) :
Ada
puluhan atau bahkan ratusan charger yang bisa kita lihat di toko, tapi khusus
untuk electric model, hanya charger tertentu saja (spesial untuk model RC) yang
sebaiknya digunakan. Pada umumnya, prinsip kerja semua charge itu sama, alat ini
dapat memberikan
arus konstan dengan tegangan yang disesuaikan oleh beban
(baterai), hanya untuk baterai RC, charger ini perlu mempunyai
fasilitas-fasilitas tambahan, sehingga baterai dapat "diisi" dengan
penuh/sesuai kapasitasnya. Adapun beberapa fasilitas yang umum adalah :
-
Mempunyai fungsi "quick-charge", biasanya 1A-5A (hati-hati
dalam penggunaanya, harus disesuaikan oleh kapasitas baterai!!!, contoh :
untuk Ni-Cd 2000 mAh pengisian dengan 4A tidak boleh melebihi 30 min!!!)
-
Adanya fungsi "discharge" (hingga 0,8V-1V per celll), sebelum pengisian baterai, sehingga tidak timbulnya memori-effek yang
dapat mengurangi kemampuan baterai.
-
Adanya system "cut-off" jika suhu baterai melebihi
temperatur yang telah di set sebelumnya (sekitar 45 derajatC)
-
Mempunyai kemampuan "doubble- input", baik dari
220V maupun 12V (aki mobil)
-
Auto-stop, jika baterai telah mencapai kapasitasnya
-
Adanya "display", yang menunjukkan arus dan
tegangan, ketika sedang pengisian
-
Mempunyai kemampuan "voltage-regulator" sehingga
memungkinkan pengisian baterai lebih dari 7 cellls.
Jika hanya mempunyai charger yang "biasa" saja, maka
perlu adanya kontrol terhadap arus ke baterai (dengan multimeter) pada saat pengisian,
pengosongan baterai dapat dilakukan dengan menggunakan 12V, 20W lampu motor (perhatikan
untuk melepas lampu tersebut, jika voltage per celll sudah sekitar 0,8V), dan
untuk pengisian baterai lebih dari 7 cellls, arus secara periodik perlu di
kontrol, dan jika arus berkurang," charge-time" perlu diperpanjang.
Baterai yang baik adalah merupakan suatu keharusan (terutama untuk electric heli),
dan tanpa didukung oleh charger yang baik, maka kemampuan bateraipun tidak akan
bisa optimal.
Storing (Motor Interference) :
Ini
adalah salah satu hal yang paling sering dihadapi oleh para electric modeler,
yaitu gangguan penerimaan pada receiver, sehingga servo dapat bergerak-gerak (sedikit
atau kadang-kadang cukup banyak), tanpa adanya perintah dari control-stick, kita
menyebutnya "Radio-Interference". Pada saat e-motor berputar dengan
rpm tinggi, "brush" akan selalu mengeluarkan percikan api dan juga
frekuensi,
yang dapat mengganggu frekuensi dari transmitter (oleh karena itu receiver
sebaiknya diletakkan jauh dari posisi motor), dalam keadaan
tidak
menguntungkan, pesawat/heli tidak dapat lagi dikontrol, dan akibatnya tentu
"crash". Cara mengurangi interference ini adalah dengan memasang
keramik kapasitor (biasanya 4,7 nF-100nF), pada negatif dan positif motor ke
body. Sedikit secara teoritis bisa saya jelaskan, bahwa jika body motor tsb.
kita anggap sebagai ground/minus, maka frekuensi tinggi yang dipancarkan oleh
motor akan "dihubung-singkatkan" oleh kapasitor ke ground, berarti
pancarannya akan diredam (reduksi). Oleh karena itu, pemasangan kondensator pada
motor model electric adalah merupakan keharusan!!! Sebagai tambahan untuk
mengurangi storing ini, juga dapat dilakukan :
-
Posisi receiver dipasang sejauh mungkin dari motor
-
Antena receiver jangan sampai digulung, tapi kalau bisa
dibentangkan
-
Menggunakan extra coil/lilitan spesial untuk motor
interference-reduction
-
Atau.... menggunakan receiver+transmitter dengan mode PCM (Puls
Code Modulation)
Perlu diperhatikan dalam pemasangan kondensator ke motor, bahwa
lokasinya harus sedekat mungkin dengan motor (kaki Cap. dipotong sependek
mungkin!)
Volt-Timer :
Alat
yang juga dapat cukup membatu jika kita menggunakan baterai charger sederhana
adalah sebuah "Timer". Seperti yang telah diuraikan diatas, perlunya
kita mematikan arus, jika baterai sudah tersisi penuh untuk mencegah kerusakan
pada baterai. Dengan charger yang bagus (contoh computer-charger) hal ini akan
dilakukan oleh alat tersebut secara otomatis (adanya peak-detector, temp-sensor,
etc), tapi dengan charger sederhana (contohnya buatan sendiri), kita perlu
menentukan lamanya waktu untuk charging, jadi dengan timer ini, listrik ke
charger akan dimatikan sesuai dengan waktu yang telah kita set sebelumnya. Saya
anjurkan utk menggunakan timer, jika kita melakukan charging dengan charger
biasa.
Multimeter
Pengukuran
tegangan atau arus listrik dapat dilakukan oleh sebuah
multimeter. Alat ini sangat penting, terutama dalam proses "charging"
& "discharging" baterai. Sebaiknya kita mempersiapkan sebuah
"digital" multimeter, agar pembacaannya dapat lebih akurat.
Minimum
option yang dibutuhkan pada multimeter adalah :
AC & DC : 200 mV ~ 400V, DC : 200uA ~ 10A
Pengukuran "Volt" biasanya dibutuhkan kita pada proses
"discharging" & "Ampere" pada saat proses
"charging"