Rabu, 22 Februari 2012

10 tahun yang akan datang indonesia kehabisan bahan bakar

Liputan6.com, Lebak: Menteri Riset dan Teknologi Gusti Muhammad Hatta mengatakan 10 tahun yang mendatang Indonesia kehabisan bahan bakar minyak sehingga perlu adanya penggantinya. "Saat ini produksi BBM kita terus menurun," kata Gusti Muhammad Hatta di Rangkasbitung, Lebak, Banten, Rabu (22/2).

Menristek mengatakan, untuk mengantisipasi kehabisan BBM maka pemerintah sudah siap membangun pembangkit listrik tenaga nuklir. Pembangunan PLTN, kata dia, diusulkan di Provinsi Bangka Belitung atau Kalimantan Selatan. Sebab daerah itu sangat cocok untuk pengembangan sumber energi nuklir.

Apabila tak segera dipersiapkan untuk pengganti BBM, dipastikan banyak pabrik tutup sehingga menimbulkan pengangguran. Karena itu, kata dia, pihaknya terus mensosialisasikan tentang manfaat kegunaan sumber energi nuklir. Selain itu juga memberikan sumbangan besar terhadap kesejahteraan masyarakat.

Penggunaan sumber energi nuklir juga dapat dimanfaatkan untuk peningkatan produksi pangan. Produksi bibit padi dari radiasi nuklir hasilnya jauh lebih baik dibandingkan dengan bibit lokal. Di antaranya jarak panen cukup pendek, produksi cukup tinggi, rasanya enak dan tahan serangan hama.

"Selama ini pendapatan petani cukup tinggi setelah menggunakan bibit unggul yang dari radiasi nuklir itu," katanya. Menristek menyebutkan, pemerintah sudah siap untuk pembangunan PLTN apabila masyarakat bersedia dan menerimanya. Sebab penggunaan sumber daya energi nuklir relatif murah.

"Bila masyarakat siap menerimanya pembangun PLTN maka pemerintah akan membangunya," ujarnya. Menyinggung penggunaan teknologi dan sumber daya manusia, kata dia, pemerintah sudah menyiapkan dan tidak ada masalah. "Kami berharap masyarakat mau menerima pengembangan sumber energi nuklir," katanya.(ANT/JUM)

Paus Bongkok Bermigrasi dengan alam

TEMPO Interaktif, Canterbury - Penelitian melelahkan selama 8 tahun mengungkap paus bongkok bermigrasi dengan berbagai bantuan alam. Paus menggunakan matahari, medan magnet bumi, bahkan posisi bintang untuk menuntun perjalanan sejauh hampir separuh keliling bumi.

Paus bongkok mencari makanan di Samudera Antartika selama musim panas. Pada musim dingin, paus bermigrasi ke khatulistiwa untuk mencari plankton dan ikan kecil di Samudera Atlantik yang hangat.

Peneliti mencoba mengikuti pola migrasi sejauh 16 ribu kilometer ini dengan memasang perangkat transponder pada tubuh paus. Setiap perangkat bisa bertahan selama empat pekan hingga tujuh bulan sembari mengirimkan posisi paus dari waktu ke waktu dengan akurat.

Data posisi menunjukkan pola yang menarik. Meski diganggu arus permukaan laut dan badai kencang, paus bongkok selalu mengikuti jalur migrasi tertentu dan tak pernah melenceng lebih dari 5 derajat. Bahkan untuk beberapa paus, penyimpangan tak lebih dari 1 derajat.

"Wow, ini merupakan jalur migrasi yang sangat lurus," ujar ahli biologi kelautan dari Administrasi Kelautan dan Atmosfer Nasional (NOAA), Alex Zerbini, Selasa (19 /4). Bagaimana paus bisa melakukannya?

Penelitian sebelumnya terhadap pola migrasi burung menunjukkan jalur lurus disebabkan bantuan medan magnet bumi dan letak matahari. Namun, paus biru tak mungkin hanya menerapkan kedua metode tersebut.

Medan magnetik bumi terlalu beragam, sehingga gagal menjelaskan lintasan lurus yang ditempuh Paus bongkok. Sementara bantuan navigasi menggunakan letak matahari membutuhkan titik acuan lain selain matahari yang tak terdapat di tengah lautan. "Di tengah laut, paus hanya melihat horizon biru yang tak berhingga," ujar Travis Horton, ilmuwan lingkungan Universitas Canterbury.

Horton lalu mencurigai teknik navigasi lain yang digunakan paus bongkok. "Mereka menggunakan bulan dan bintang sebagai tuntunan," kata dia. Di malam hari, paus bongkok menyelam sambil menatap langit. Cahaya bintang terang menembus permukaan laut dan dijadikan sebagai titik acuan selama perjalanan.

Teknik navigasi lain yang mungkin dipakai Paus bongkok adalah menggunakan nyanyian. Gelombang suara yang dihasilkan nyanyian Paus terbukti mampu merambat hingga jarak ribuan kilometer di kedalaman lautan, sehingga bisa dipakai untuk mengkomunikasikan pergerakan paus.

Minggu, 05 Februari 2012

mengenal baterai


Mengenai baterai :
Baterai yang digunakan pada umumnya adalah jenis Ni-Cd atupun jenis NiMH. Adapun keuntungannya menggunakan NiMH adalah, tidak adanya "memory efek" yang timbul, jika baterai di isi sebelum isinya benar-benar habis (min 0,8 V per baterai), hal ini akan berakibat buruk pada baterai, dan lama kelamaan tenaga bateraipun akan berkurang. NiMH mempunyai kelemahan, bahwa baterai jenis ini harus selalu dalam kondisi terisi, terutama jika mau disimpan untuk agak lama (5, 6, 7 bulan...atau lebih), dan pada umumnya tidak mempunyai tegangan yang konstan, pada saat baterai tersebut dibebani/dipakai. Khusus untuk helikopter saya anjurkan dengan kapasitas minimum 2000 mAh (biasanya paling sedikit dengan 7 baterai), agar putaran mesin dapat lebih konstan. Baterai-baterai ini dengan penggunaan yang "normal" dapat bertahan hingga 500 kali pengisian. Adapun pengisian baterai yang paling "aman" adalah dengan 0,1C (C=kapasitas baterai) selama 12 samapai 14 jam. Pengisian dengan 0,5C atau bahkan 1C dan 2C hanya dapat dilakukan pada baterai-baterai tertentu yang mengijinkan sistem "quick-charge".
Baterai yang akan kita gunakan, dapat kita rakit sendiri. Adapun keuntungannya adalah, bahwa kita dapat memilih baterai sesuai dengan arus dan jumlah tegangan yang diinginkan. Untuk RC flight biasanya diperlukan baterai dengan min 1500mAh 7,2V sedangkan untuk RC heli diperlukan min 1800mAh 8,4V.
 
Tetang Lithium Baterai (updated on February 2009):
  Tidak dapat dihindari lagi bahwa "Lithium" baterai akan menjadi "favorit" terutama untuk para penggemar model    electric-RC sekarang ini, karena ukurannya lebih kecil, beratnya lebih ringan dan kapasitasnya lebih tinggi dari pada  baterai tipe NiCd/NiMH. Karakteristik kimia dari baterai tipe ini sangat berbeda dengan tipe baterai yang kita kenal  sebelumnya oleh sebab itu penanganannyapun cukup berbeda. Saya akan coba jelaskan sedikit (terutama kepada  rekan2 pemula) mengenai baterai tipe Lithium ini;


Ada 3 jenis baterai Lithium sekarang ini yang kita kenal dipasaran :
  • Tipe LiLo =  Maximal 4.1V/cell, dan "Cut-Off" level 2.5V/cell, Voltage Level = 3.6/cell
  • Tipe LiPo =  Maximal 4.2V/cell, dan "Cut-Off" level 3.0V/cell, Voltage Level = 3.7/cell
  • Tipe LiFe =  Maximal 3.6V/cell, dan "Cut-Off" level 2.0V/cell, Voltage Level = 3.3/cell
Yang paling umum digunakan untuk rc-model adalah tipe LiPo (standar tahun 2009) sedangkan "simple" charger yang tersedia umumnya hanya untuk charging baterai tipe LiPo, kecuali beberpa tipe computerized charger yang salah satunya adalah  e-Station BC6 dari BANTAM dapat digunakan untuk charging ketiga baterai Lithium tersebut diatas. Penanganan baterai jenis LiPo pada umumnya adalah harus sangat hati-hati!!! Jika kita berniat hanya mau coba2 saja dengan baterai ini ataupun tidak mau memperhatikan jenis chargernya (mau coba2 menggunakan charger biasa), maka sebaiknya kita tidak mencoba untuk menggunakan baterai tipe ini. Arus yang terlalu besar dapat mengakibatkan baterai "meledak", hubungan pendek akan langsung merusak baterai, demikian pula dengan tegangan yang terlalu rendah (dibawah 3V pada jenis LiPo)pada saat "discharge".  Charging LiPo harus selalu menggunakan charger spesial untuk LiPo dan tidak boleh menggunakan charger yang lain. Perhatikan jika kita membeli charger terpisah dengan baterainya, apakah charger tsb bisa di "set" untuk berbagai macam Lithium baterai, dalam hal ini perlu di set untuk LiPo bahwa tegangan maximum yang diperbolehkan adalah 4.2V/cel!! Perhatikan pada saat mulai charging, apakah jumlah baterai sesuai dengan setting pada charger yang telah ditentukan sebelumnya, (ini sangat penting!!). Mungkin rekan2  agak sedikit bingung mengenai kabel baterai jenis Li, karena adanya kabel tambahan selain kabel positif dan negatifnya. Kabel ini kita sebut "balance-cable"  yang terhubung dengan masing2 cel di setiap paket baterainya. Hubungkan senantiasa "balance" kabel dengan charger yang mempunyai kemampuan untuk "balance-charger". Perlu diperhatikan disini bahwa "balancing" pada jenis Lithium baterai sebenarnya adalah merupakan keharusan, karena jika ada salah satu cel yang rusak pada paket baterai dan tidak terdeteksi, kondisi baterai menjadi tidak optimal dan proses charger berikutnya dapat merusak lebih banyak lagi baterai (paket baterai juga bisa "meledak" walaupun charger sudah di set sesuai dengan jumlah cel dalam satu paketnya). Jadi selalu gunakan "balancer" jika memang charger anda tipe charger LiPo biasa (balancer tidak terintegrasi di dalam charger). Namun saya sarankan lebih baik untuk membeli "balance-charger" saja untuk lebih memudahkannya (two in one).

  Contoh hubungan baterai ke charger : + baterai ke + charger, - baterai ke - charger, dan balance connector.







Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan pada saat charging:
  • Untuk selalu mengawasi proses charging Lithium baterai dan charging process tidak boleh ditinggalkan begitu saja (contoh, charge dari malam hari ke pagi dan kita tinggal tidur). Ini karena proses charging Lithium lebih "sensitif" dan harus lebih "dikontrol". 
  • Selalu menggunakan alas untuk charger yang tidak mudah terbakar, untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. 
  • Sebaiknya baterai tidak di charge melebihi "1C", kecuali memang diperbolehkan oleh pabrik pembuatanya (lihat lagi spesifikasi baterai). Saya pribadi lebih senang dengan 1/2C atau bahkan 1/4C untuk memperpanjang umur baterai.
  • Jika pada saat charging paket baterai menjadi "kembung", secepatnya matikan charger, letakkan baterai di area yang aman (luar ruangan), tunggu beberapa jam (~2jam), lalu "discharge" baterai tersebut (bisa menggunakan lampu dengan tegangan yang sesuai, sampai lampu benar2 mati) dan buanglah paket baterai tersebut (jangan digunakan lagi).
  • Jika rc-model pesawat yang menggunakan Lithium baterai jatuh, keluarkan baterai perlahan-lahan dari tempatnya, cek kondisi baterai, lalu diamkan beberapa menit (~20min)  sebelum disimpan. Ini dilakukan karena bisa saja ada "short" ketika baterai terbentur dengan keras.
  • Charge baterai tipe ini selalu di area yang terbuka dan cukup ventilasinya.
Sama sepeeti model baterai NiCd/NiMH, "C" pada Lithium baterai juga menggambarkan kapasitas baterai tersebut.  Jika sebuah paket baterai Li mempunyai kapasitas 2200 mAh, maka baterai tersebut secara teoritis dapat memberikan kapasitas sebesar 2200mA selama satu jam (=1C) ataupun 4400mA selama setengah jam (=2C)...dst.  Lithium baterai mempunyai keterbatasan besarnya arus yang dapat dihasilkan tergantung dari kapasitanya. Oleh karena itu Lipo dapat di hubungkan secara "paralel" untuk meningkatkan kapasitas paket baterainya. Jika kita menghubungkan 2 cell baterai 2000mAh secara paralel, maka praktis kapasitas baterai menjadi 2C (4000mAh) dengan tegangan yang sama (tidak berubah). Dengan kondisi ini jika kita melakukan "discharge 2C" pada paket sebelumnya hanya didapakan 4000mAh, sedangkan pada paket paralel kita mendapatkan 8000mAh.  Dengan ini maka paket Lithium baterai juga menggunakan simbol "SxPx" yang artinya berapa cel disusun secara "seri" dan berapa disusun secara "paralel". Jadi jika kita melihat indikas "3S4P" dan 2100 mAh setiap cell/ baterai artinya ada 12 cell baterai pada paket tersebut dengan tegangan sebesar 3S (karena susuan seri adalah yang selalu menentukan jumlah tegangan baterai). Jika paket baterai mempunyai kemampuan maximum "discharge" 6C, maka nominal voltage baterai adalah 11.1V (3 x 3.7V) dan maximum "discharge" rate-nya adalah 50.4Ah (2100mAh x 6 x 4). Note : Voltage level/ standar tegangan untuk LiPo adalah 3.7V.
Radio Pemancar (Transmitter):
Berbagai macam jenis transmitter yang dapat digunakan untuk model RC. Paling kiri adalah type Tx yang pada umumnya hanya digunakan untuk model RC car. Harap diingat, ketika sedang menerbangkan model RC, frekuensi yang digunakan harus kosong! (tidak  digunakan oleh penerbang lain). "Modul" frekuensi dari setiap transmitter harus dapat ditukar sesuai dengan frekuensi yang kita inginkan.
 
 
 
 
Disini saya berbicara khusus untuk model yang bertenaga baterai, untuk pesawat, minimum diperlukan 3 kanal, sedangkan untuk heli sebaiknya minimum 5 kanal. 
Adapun kanal tersebut diperlukan untuk kedua model sbb :
  • Pesawat : ch1 Speedcontrol, ch2 Rudder, ch3 Elevator (jika ada extra kanal tentunya dapat ditambahkan dengan ch4 Aeleron, ch5 Flap, ch6 Roda pesawat....dll)
  • Helikopter : ch1 Speedcontrol, ch2 Kemudi depan, ch3 Kemudi samping, ch4 Tailrotor, tentunya yang ini dengan option "fix-pitch". (Disarankan untuk heli, minimum menggunakan radio 5 kanal, sehingga ada tambahan ch5 Collective Pitch).
Sebelum servo maupun receiver dipasang didalam RC model, ada baiknya dilakukan "test" dahulu, apakah semua bagian berfungsi dengan baik. Seperti gambar disamping ini, servo, receiver dan baterai dihubungkan, dan sekarang kita coba gerakkan stick transmitter. Servo harus bergerak sesuai dengan arah maupun jauhnya gerakan stick Tx dari posisi netral/tengah.


 
Terutama untuk helikopter sebaiknya menggunakan radio/transmitter yang menggunakan sistem komputer, sehingga fasilitas revo-mix, dual-rate, servo-trimming, autorotation, Idle-Up (dan masih ada beberapa option lagi) bisa diatur secara tepat. Penting bagi pemula adanya extra option variable gas & pitch sehingga heli dapat lebih mudah untuk "hover".Beberapa option yang utama (karena cukup banyak dan tergantung dari kemampuan transmitternya), saya akan jelaskan disini. 
Pesawat :
  1. Dual Rate : posisi "lengan" servo dapat di set ke sudut tertentu dengan menggunakan extra switch
  2. Servo-Trimming : posisi "lengan" servo dapat di set ke posisi netral dengan parameter transmitternya
  3. Flaps : posisi aeleron dapat di set sehingga gerakannya searah (dapat digunakan untuk "soft-landing" pesawat)
Helikopter : (seperti yang option pesawat tanpa flaps, plus...)
  1. Revo-Mix : menyesuaikan perputaran baling-baling utama dengan baling-baling ekor, sehingga membantu heli untuk tidak berputar ketika "hover"
  2. Autorotation : kemampuan baling-baling  untuk berputar terus ketika motor dalam kondisi "off " (dapat dugunakan untuk "soft" maupun "emergency" landing).
  3. Idle-Up : kemampuan untuk men-"set" motor pada "rpm " tertentu (konstan).
Center of Gravity (CG =Titik Berat) :
Beberapa contoh baling-baling untuk "Electric-Heli"
Baling-baling utama helikopter, perlu di kontrol CG-nya sebelum boleh berputar pada kecepatan tinggi. Tanpa setting CG yang benar, heli akan mengalami vibrasi, dan pengendalian akan sangat sulit sekali. Adapun cara pengontrolan CG adalah :
  • Gunakan sebuah penggaris yang didirikan, lalu letakkan salah satu balingnya, dan setelah "balance" beri tanda. Lakukan pada baling-baling kedua, lalu beri tanda juga. Dan sekarang bandingkan tanda tersebut. jika ternyata lokasinya tidak sama (> 1mm), maka yang letak CG-nya lebih luar adalah yang benar. Lekatkan sticker pada baling yang CG nya agak kedalam, sampai persis kedua CG tersebut sama, artinya mereka sudah  "Dynamic-Balance".
  • Kedua baling-baling lalu ujungnya di isolasi (dengan "tape"), sekarang letak pertemuan mereka diletakkan di atas penggaris, tidak boleh berat sebelah, jika ternyata salah satu baling lebih ringan, maka perlu diberi sticker pada baling tersebut, tepat di CGnya. Sekarang mereka juga "Static-Balance".
Heli hanya boleh terbang, jika sudut pitch telah di "set", dan dinamik, serta statik keseimbangan telah dicapai.
Gyro/Autopilot :
Ini Gyro yang saya gunakan, Futaba FP-G 154
Bagi yang belum pernah menggunakan gyro (mutlak untuk model heli), tentunya sering bertanya-tanya, apa fungsi dari gyro/autopilot ini. Sebenarnya dari kata "autopilot" mungkin kita sudah bisa menerka fungsinya, sebagai pengendali otomatis. Untuk heli, maka yang akan dikendalikan adalah tailrotor. Jadi pada prinsipnya, servo untuk tailrotor dikendalikan oleh transmitter (manual), dan oleh gyro (automatic), dengan tujuan, agar ekor heli (bagian heli yang agak kritis...) dapat lebih stabil dan hanya memerlukan sedikit pengendalian saja. Jadi, jika ada yang bertanya, apakah tanpa gyro juga kita bisa menerbangkan heli, jawabnya ya.... tapi pengendalian heli akan sangat sulit sekali (bayangkan angin kecil yang selalu bertiup setiap saat akan mempengaruhi stabilitas tailrotor). Bagaimana cara bekerjanya gyro ? Secara alamiah tidak begitu sukar untuk memahaminya, tapi secara teoritis, perlu adanya sedikit pengetahuan mengenai dasar-dasar fisika (bisa ditinjau mengenai gaya "precession"). Bayangkan, kita ikat ban sepeda pada satu sisi sumbunya, lalu digantung. Maka pada keadaan tidak berputar, posisi ban sepeda tersebut akan horizontal, sekarang kita putar dengan kecepatan lumayan, maka ban sepeda tersebut akan berusaha bergerak naik ke atas pada posisi vertikal....Demikian pula cara kerja gyro (yang mekanik). Cukup mengenai sedikit teori.. :-)  Ada dua macam jenis gyro, elektronik & mekanik, dan parameter yang bisa di setting pada umumnya adalah :
  • Sensitivity : kepekaan gyro terhadap gerakan heli (umumnya 0....10)
  • Reverse Switch : jika gerakan tailrotor tidak sesuai dengan gerakan servo (artikel Helikopter), maka. servo dapat di reverse
  • Heading Hold : untuk menstabilkan heli pada posisi "middle-stick"
Saya anjurkan menggunakan yang elektronik (mis: piezo gyro), sehingga lebih kecil dan ringan, serta kebanyakan mempunyai fungsi yang lebih luas dibandingkan mekanik gyro.
Ni-Cd Charger (Alat Pengisi Baterai Ni-Cd) :
Ada puluhan atau bahkan ratusan charger yang bisa kita lihat di toko, tapi khusus untuk electric model, hanya charger tertentu saja (spesial untuk model RC) yang sebaiknya digunakan. Pada umumnya, prinsip kerja semua charge itu sama, alat ini dapat memberikan arus konstan dengan tegangan yang disesuaikan oleh beban (baterai), hanya untuk baterai RC, charger ini perlu mempunyai fasilitas-fasilitas tambahan, sehingga baterai dapat "diisi" dengan penuh/sesuai kapasitasnya. Adapun beberapa fasilitas yang umum adalah :
  • Mempunyai fungsi "quick-charge", biasanya 1A-5A (hati-hati dalam penggunaanya, harus disesuaikan oleh kapasitas baterai!!!, contoh : untuk Ni-Cd 2000 mAh pengisian dengan 4A tidak boleh melebihi 30 min!!!)
  • Adanya fungsi "discharge" (hingga 0,8V-1V per celll), sebelum pengisian baterai, sehingga tidak timbulnya memori-effek yang dapat mengurangi kemampuan baterai.
  • Adanya system "cut-off" jika suhu baterai melebihi temperatur yang telah di set sebelumnya (sekitar 45 derajatC)
  • Mempunyai kemampuan "doubble- input", baik dari 220V maupun 12V (aki mobil)
  • Auto-stop, jika baterai telah mencapai kapasitasnya
  • Adanya "display", yang menunjukkan arus dan tegangan, ketika sedang pengisian
  • Mempunyai kemampuan "voltage-regulator" sehingga memungkinkan pengisian baterai lebih dari 7 cellls.
Jika hanya mempunyai charger yang "biasa" saja, maka perlu adanya kontrol terhadap arus ke baterai (dengan multimeter) pada saat pengisian, pengosongan baterai dapat dilakukan dengan menggunakan 12V, 20W lampu motor (perhatikan untuk melepas lampu tersebut, jika voltage per celll sudah sekitar 0,8V), dan untuk pengisian baterai lebih dari 7 cellls, arus secara periodik perlu di kontrol, dan jika arus berkurang," charge-time" perlu diperpanjang. Baterai yang baik adalah merupakan suatu keharusan (terutama untuk electric heli), dan tanpa didukung oleh charger yang baik, maka kemampuan bateraipun tidak akan bisa optimal.
Storing (Motor Interference) :
Ini adalah salah satu hal yang paling sering dihadapi oleh para electric modeler, yaitu gangguan penerimaan pada receiver, sehingga servo dapat bergerak-gerak (sedikit atau kadang-kadang cukup banyak), tanpa adanya perintah dari control-stick, kita menyebutnya "Radio-Interference". Pada saat e-motor berputar dengan rpm tinggi, "brush" akan selalu mengeluarkan percikan api dan juga frekuensi, yang dapat mengganggu frekuensi dari transmitter (oleh karena itu receiver sebaiknya diletakkan jauh dari posisi motor), dalam keadaan tidak menguntungkan, pesawat/heli tidak dapat lagi dikontrol, dan akibatnya tentu "crash". Cara mengurangi interference ini adalah dengan memasang keramik kapasitor (biasanya 4,7 nF-100nF), pada negatif dan positif motor ke body. Sedikit secara teoritis bisa saya jelaskan, bahwa jika body motor tsb. kita anggap sebagai ground/minus, maka frekuensi tinggi yang dipancarkan oleh motor akan "dihubung-singkatkan" oleh kapasitor ke ground, berarti pancarannya akan diredam (reduksi). Oleh karena itu, pemasangan kondensator pada motor model electric adalah merupakan keharusan!!! Sebagai tambahan untuk mengurangi storing ini, juga dapat dilakukan :
  • Posisi receiver dipasang sejauh mungkin dari motor
  • Antena receiver jangan sampai digulung, tapi kalau bisa dibentangkan
  • Menggunakan extra coil/lilitan spesial untuk motor interference-reduction
  • Atau.... menggunakan receiver+transmitter dengan mode PCM (Puls Code Modulation)
Perlu diperhatikan dalam pemasangan kondensator ke motor, bahwa lokasinya harus sedekat mungkin dengan motor (kaki Cap. dipotong sependek mungkin!)



Volt-Timer :
Alat yang juga dapat cukup membatu jika kita menggunakan baterai charger sederhana adalah sebuah "Timer". Seperti yang telah diuraikan diatas, perlunya kita mematikan arus, jika baterai sudah tersisi penuh untuk mencegah kerusakan pada baterai. Dengan charger yang bagus (contoh computer-charger) hal ini akan dilakukan oleh alat tersebut secara otomatis (adanya peak-detector, temp-sensor, etc), tapi dengan charger sederhana (contohnya buatan sendiri), kita perlu menentukan lamanya waktu untuk charging, jadi dengan timer ini, listrik ke charger akan dimatikan sesuai dengan waktu yang telah kita set sebelumnya. Saya anjurkan utk menggunakan timer, jika kita melakukan charging dengan charger biasa.
Multimeter
Pengukuran tegangan atau arus listrik dapat dilakukan oleh sebuah multimeter. Alat ini sangat penting, terutama dalam proses "charging" & "discharging" baterai. Sebaiknya kita mempersiapkan sebuah "digital" multimeter, agar pembacaannya dapat lebih akurat. Minimum option yang dibutuhkan pada multimeter adalah :
AC & DC : 200 mV ~ 400V, DC : 200uA ~ 10A
Pengukuran "Volt" biasanya dibutuhkan kita pada proses "discharging" & "Ampere" pada saat proses "charging"

E-STATION BC 6

   

RC-Model yang menggunakan "Electric Power" sudah tidak mungkin terlepas dari kebutuhan charger yang baik. Dulu sekali (mungkin sekitar 10 thn yang lalu ==>wah, wah lama sekali ya?) saya membuat charger rakitan sendiri dengan arus yang dapat diatur secara manual dan dapat digunakan hanya untuk men-charge baterai NiCd atau NiMH. Banyak kekurangan dari charger ini, antara lain adalah bahwa arus akan diberikan secara terus-menerus tanpa memperdulikan kondisi arus dan tegangan baterai setelah beberapa lama process charging. Berikutnya adalah ketika saya menggunakan chrarger merk "Groupner 6E" yang pada prinsipnya hampir sama dengan charger "self-made" saya. Kelebihan dari charger ini adalah bahwa arusnya bisa sedikit lebih tinggi dari charger rakitan dengan membuat hubungan paralel pada masing2 outputnya. Baru ketika saya menggunakan "APEX-Sigma" charger arus pengisian dapat diatur lebih baik dan tegangan + arus baterai dapat dimonitor selama pengisian  melalui LCD-display (dapat dilihat lagi di "My 2002 Diary"). APEX-Sigma mempunyai banyak kelebihan dibandingkan charger saya yang terdahulu, terutam karena sudah menggunakan sistem komputer dan "simple" software didalamnya dan juga "peak-detector" untuk menghidari "over-charging". Namun masih ada beberapa kekurangan, bahwa option/pilihan untuk proces charging menggunakan softwarenya tidak ada, selain itu charger ini juga masih hanya dapat digunakan untuk baterai tipe NiCd dan NiMH saja. Mengingat kemajuan teknologi baterai, sudah tidak bisa dihindarkan lagi bahwa Lithium baterai menjadi prioritas untuk digunakan pada model RC, sebab dengan berat (dan tegangan) yang sama, kapasitasnya bisa 2 sampai 3x baterai NiCd/NiMH. Ini tentu sangat menguntungkan karena lamanya model heli atau pesawat dapat terbang sangat tergantung dari kapasitas dan berat baterai yang dibawa
.Contoh dari Lithium Polymer (LiPo) baterai dengan kapasitas 2200mAh.
 Baterai jenis ini agak sedikit berbeda penanganannya dibandingkan NiCd atau  NiMH, terutama baterai ini tidak boleh tegangannya turun dibawah standar yang  telah ditentukan (dibawah 3V) yang berakibat pada kerusakan baterai. Kondisi  bateraipun sebaiknya sekitar 40% (pada saat digunakan) dan lalu di charge lagi,  berbeda dengan tipe NiCd/NiMH yang umum digunakan sampai "agak" habis  sebelum di charger ulang untuk menghindari "memory-effect". Mengenai penanganan baterai LiPo lebih detail dapat rekan2 lihat di "Hal-Hal Lainnya", sedangkan  halaman ini akan lebih konsentrasi pada jenis chargernya.
Well....sekarang saya coba cari charger dengan kriteria sebagai berikut :
  • Bisa charger NiCd, NiMH dan Li (atau yang lainnya juga kalau mungkin)
  • Kemampuan balance charging untuk Li baterai sudah terintegrasi (jika mungkin)
  • Punya sistem internal komputer yang cukup baik (it's a "must")
  • Dual power, artinya dapat dipakai dengan tegangan 12V dan 220V 
  • Jika mungkin, tegangan dan arus baterai bisa dimonitor di PC untuk analisa lebih lanjut.
Setelah menganalisa berbagai merk charger beserta kemampuannya, akhirnya saya putuskan untuk membeli "BANTAM" e-Station BC6 charger, yang pada saat ini (January 2009) merupakan salah satu "High-End" charger untuk di kelas 5A.
              
Operating Voltage: DC 11~18 volts - AC 100~240V
Charge/discharge Power: Max 50/5W
NiCd/MH: 1~15 cells
LiIo/LiPo/LiFe: 1~6 series
Pb: 2~20V
Charge Current: 0.1 to 5.0A
Discharge Current: 0.1 to 1.0A
No. of Cycles: 1 to 5 times
Battery Data Memories: up to 5 data
Weight: 960grams
Dimensions: 160mm x120mm x40mm

Charger ini mempunyai semua kriteria yang saya inginkan, bahkan software yang digunakannya pun sangat baik dangan banyaknya "options" untuk berbagai macam jenis baterai. Spesifikasi dari BC6 dapat kita lihat di tabel sebelah ini; berarti diluar dari  yang saya harapakan BC6 juga mampu untuk digunakan pada jenis baterai Lilo dan Life. Biasanya untuk model RC kita menggunakan LiPo, tapi sudah ada issue bahwa baterai jenis LiFe (seperti Lithium iron phosphate <=>A123) akan mendominasi jenis baterai Lithium karena adanya beberapa keuntungan dibandingkan dengan LiPo (lebih tahan lama, tidak mudah overload/rusak), jadi terlepas dari isue ini benar atau tidak (sepertinya masih memerlukan penelitian lebih lanjut),  saya mungkin nantinya juga tidak perlu membeli charger baru lagi  BC6 juga bisa dipakai untuk charge Pb dan tentu saja NiCd/NiMH. Kualitas dari bentuk "body"-nya juga bagus dan sangat kokoh/kuat. Perbedaan charger ini dengan charger LiPo pada umumya adalah tidak adanya kipas kecil /colling fan, yang akan berputar ketika charger menjadi panas pada saat penggunaannya. BC6 menggunakan sistem komputer yang cukup "canggih" untuk mengatur rangkaian elektroniknya sehingga tidak akan ada panas yang berlebihan dan tidak memerlukan "cooling-fan" lagi (=>body charger juga digunakan sebagai penyerap panas). Sebagai perbandingan, cooling fan APEX charger ada 2, satu di charger-nya dan yang lain di power supply-nya, dan agak berisik ketika kedua fan ini aktif..
 Menarik adalah informasi yang dapat kita lihat pada saat proses pengisian bateriai. Pada model APEX charger, hanya tegangan, arus  output dan arus di baterai saja yang dapat dimonitor (masing2 informasi tidak dapat dilihat secara bersamaan, tapi bergantian dengan  menggunakan "switch"). Dengan BC6, semua informasi dapat dilihat secara bersamaan di displaynya, serta waktu, jenis baterai yang  lagi diisi dan "mode"-nya (Charge or Discharge). Selain itu dengan menekan tombol "Dec/Inc" informasi tambahan juga dapat dilihat  selama pengisian :



  • Tegangan (Voltage) akhir jika pengisian sudah selesai
  • Cut-Off  Point yang sebelumnya telah di setting (untuk mencegah overloading)
  • Safety Timer juga yang sudah di set sebelumnya (untuk mencegah overloading)
  • Status external connector (USB to computer or temperature sensor cable)
  • Status dari temperatur baterai (harus menggunakan tambahan temperature sensor cable)
  • Status tegangan power supply (penting untuk dimonitor jika menggunakan aki mobil)
  • Tegangan masing2 baterai jika menggunakan "balance" kabel pada saat pengisian Lithum baterai.
 Cukup menarik dan penting sekali adalah juga tersedianya  beberapa jenis connector (acessories) yang dapat digunakan  untuk  berbagai merk LiPo sebagai "balance-cabel". Umumnya,  kesulitan utama sebuah charger Lithium adalah untuk  "balance-connector"-nya, karena berbagai merk baterai  mempunyai jenis connector yang berbeda-beda (belum ada  standarnya), dan dengan BC6, kesulitan ini sudah dapat diatasi  dengan mudah. Lithium baterai mempunayi sifat kimia yang agak  berbeda dibandingkan dengan NiCd/NiMH sehingga masing2  baterai harus selalu di "balance" secara teratur (kira2 10x  pengisian). Paket LiPo dapat saja "meledak" jika tidak pernah di  "balance" walaupun charger mengetahui jumlah baterai dalam satu  paket tersebut, namun ada salah satu baterai di dalamnya yang  tegangannya tidak normal (unbalance). Secara teori, jika selisih  tegangan masing2 baterai tidak sekitar 0.1V, maka sebaiknya  baterai LiPo diisi secara "individual" (sendiri2) sampai  tegangannya  kira-kira 4.2/cell dan setelah itu berikutnya baru di  "balance". Jika setiap habis "discharge" baterai selalu dalam  kondisi "unbalance" maka kemungkinan besar ada salah satu cell  yang rusak dan harus diganti.


Beberapa extra option yang cukup menarik pada BC6 juga adalah sbb:

  • Pada saat "charging" maupun "discharging" BC6 mempunyai pilihan "Auto" yang akan mengatur arus baterai secara otomatis. Terutama untuk pengisian Lithium baterai ini sangat menguntungkan karena dapat menghindari "overcharging" yang berakibat pada "explosion" pada kesalahan pemakai.
  • Mempunyai mode tambahan "Fast" dan "Storage" yang dapat digunakan jika Li baterai ingin di charge secara cepat atau mau disimpan cukup lama. Baterai akan dikondisikan sedemikian rupa sehingga tetap dalam kondisi bagus.
  • Khusus untuk pengisian NiCd/NiMH charger ini menggunakan prinsip "Delta Peak Sensitivity" dan Auto Charge Current Limit, Capacity Limit, Temperatur Limit (dengan option cable sensor) dan Processing Time Limit dapat diatur (di set) sesuai dengan kebutuhan.
  • Charger juga dapat menyimpan sampai 5 jenis baterai data (memory function)
  • Karakteristik dari baterai sekarang dapat dianalisa dengan mudah menggunakan software (e-Station for Windows) yang tersedia.
Gambar diatas memperlihatkan beberapa mode pilihan yang dapat di "akses" dengan menekan "Program/Select". Sekarang baru kita dapat lihat kenapa BC6 marupakan salah satu charger terbaik saat ini, fasilitas setting manual yang begitu banyak (bagaikan sebuah komputer kecil) untuk men-charge berbagai macam baterai. Gambar atas dikanan memperlihatkan kemungkinan untuk membuat balance kabel sendiri yang dapat dikoneksi ke BC6 melalui "port"-nya. Salah satu fasilitas yang sangat baik pada charger ini adalah "feedback-system" ketika kita mau mulai start untuk charging. Artinya, semua parameter setelah di set di komputer dan baterai telah terhubung, maka pada saat kita menekan tombol enter, maka charger akan mengecek lagi semua kesesuaian parameter yang telah di set sebelumnya dengan kondisi baterai, jika ini tidak sesuai, maka charger tidak akan beroperasi. Kemampuan ini tentunya sangat menguntungkan, karena ada cerita seseorang yang ingin charging 3S baterai, tapi charger tsb salah mengenali dengan 4S  baterai, maka ini bisa sangat berbahaya!! (arus charger lebih besar dari kapasitas baterainya). BC6 memberikain cukup lengkap informasi (pada displaynya) jika memang ada kesalahan/error pada saat "enter' ditekan :
  • REVERSE POLARITY = hubungan baterainya terbalik
  • CONNECTION BREAK = hubungan ke baterai terputus
  • SHORT ERR = ada hubungan pendek di "Output"
  • INPUT VOL ERR = tegangan power supply (atau aki) turun di bawah limit yang sebelumnya telah ditentukan
  • VOL SELECT ERR = setting tegangan untuk Li-baterai tidak sesuai dengan baterai  yang terkoneksi
  • BREAK DOWN = ada sesuatu masalah yang mengakibatkan charger berhenti bekerja
  • BATTERY CHECK LOW VOLTAGE = komputer menemukan bahwa setting baterai Li terlalu rendah dan tidak sesuai dengan baterainya
  • BATTERY CHECK HIGH VOLTAGE = kebalikannya..
  • BATTERY VOLTAGE CELL TOO LOW = tegangan salah satu baterai Li dalam paket terlalu rendah
  • BATTERY VOLTAGE CELL TOO HIGH = kebalikannya..
  • BATTERY VOL ERR CELL CONNECT = ada konektor baterai yang jelek (mungkin terlepas) pada salah satu Li baterai di dalam paket
  • TEMP OVER ERR = temperatur internal charger terlalu tinggi (charger perlu didinginkan)
  • CONTROL FAILURE = problem pada charger (unit perlu direparasi).
Mengenai process untuk charging NiCd/NiMH baterai, mungkin rekan-rekan ada yang bertanya, apa maksudnya "Delta-Peak" (voltage) sensitivity? "Delta" disini mungkin dapat diartikan suatu "perubahan". Pada saat baterai di charge kita dapat melihat kenaikan tegangan baterai secara teratur dan charger yang menggunakan sistem ini akan memonitor kenaikan tegangan tersebut secara terus menerus dan menentukan puncaknya (peak). Pada saat tegangan baterai mencapai puncaknya (peak point), tegangan (V)  setelah itu akan turun sedikit demi sedikit ataupun baterai akan mulai kehilangan teganggannya (voltage). Charger akan mencari dan mendeteksi sedikit penurunan tegangan di "Peak-Voltage", yang artinya bahwa baterai telah terisi penuh. "Delta-Peak" sesitivity dapat diatur secara manual pada charger ini , dengan nilai efektif 5 sampai 20mV /cel-nya. Jika nilai yang di set terlalu tinggi, maka akan membuat charger menjadi kurang sensitif (bahaya overload), sedangkan sebaliknya, nilai yang terlalu rendah membuat charger menjadi terlalu sensitif (kondisi baterai tidak penuh pada saat proses berakhir). BC6 dapat di set utk kondisi "Default" jika kita ragu2, tapi dengan pengalaman charging NiCd/NiMH, manual setting akan menghasilkan hasil charging yang lebih optimal.

Cukup dengan teori, lalu bagaimana dengan prakteknya? Dibawah ini adalah charging pertama yang saya lakukan :

  

Paket charger lengkap berikut "accesoriesnya". Cukup ringan juga charger ini walaupun didalamnya terdapat 5A power supply.

   

Hubungkan semua koneksi dengan benar, terutama dapat dilihat pula "USB" kabel yang terhubung dengan komputer.

   

Baterai NiCd (7.2 V, 1900 mAh) saya letakkan agak jauh dikanan. Setelah semuanya "ready" charger dapat di "on".

  

Saya berencana untuk men-"discharge" dulu baterai ini karena sudah agak lama tidak dipakai. Setting untuk 6 baterai dengan cut-off level sekitar 0.85 V adalah 5.1 V dan dengan maximal arus "discharge" sebesar 1 A(max. spec dari BC6). Setelah semua parameter di set, tombol start ditekan selama 3 detik (untuk mulai discharge). Grafik di monitor (e-Station for Windows) langsung menunjukkan arus dan tegangan selama prosess ini (diupdate setiap 1 detik).

   

Arus keluaran dapat dikontrol selama prosess ini (0.8 A) dan juga turunnya tegangan baterai secara perlahan. Di grafik dapat dilihat bahwa maximum discharge rate adalah 0.8 A dan ini sangat jauh berbeda jika kita sedang menggunakan baterai pada model rc (bisa 50 A!!). Mungkin ini adalah salah satu kelemahan BC6, namun dengan arus yang tidak begitu besar kita dapat lebih mudah menganalisa tegangan baterai selama proses "discharge" berlangsung.

.  

Sama dengan proses "discharge", pengisian baterai (charging) juga memerlukan setting awal di charger. Saya set agar komputer bekerja secara manual ("Man") dan arus yang diberikan adalah 1.9 A, sama dengan kapasitas baterai NiCd-nya.

 

Charger juga dapat di set secara automatis (Aut) dengan batasan arus yang diperbolehkan (saya set 1.5 A). Saya tetap memilih opsi "manual" karena ingin mencoba "fast-charge" pada baterai tersebut. Grafik dikanan memperlihatkan arus pada baterai yang secara linier naik (increase) karena di supply oleh charger.

Graph diatas ini memperlihatkan betapa cepat charger men-"discharge" baterai (sekitar 5 menit) hanya dengan arus sebesar 0.5 A (terlihat di grafik -0.5 A, karena ini adalah proses "discharging"). Ini disebabkan karena baterai sudah cukup lama disimpan dan tentunya kapasitas baterai juga sudah turun. Penting disini adalah bahwa charger "Stop" bekerja pada tegangan yang telah ditentukan sebelumnya (5.1 V).
 
Lebih menarik tentunya proses "charging". Ini saya ambil grafik pada 10 menit pertama proses berjalan. Arus ke baterai akan diberi sedikit "pulse" sehingga tegangan di baterai dapat kesempatan untuk menjadi "stabil" lagi (stabilize).Selama periode ini (sangat singkat) polarisasi baterai/cell akan turun. 

  
Untuk analisa lebih "detail", saya juga coba menggunakan program yang dikembangkan oleh "LogView".  Diatas adalah grafik dari 36 menit pertama charging (0.5 A) dengan menggunakan baterai yang sama (mode "manual").
BC6 lalu di set pada mode "auto". Grafik diatas menunjukkan 7 menit pertama proses charging dengan arus 1 A.
Paket LiPo baterai yang saya beli belum sempat di "charge" saat ini karenai akan saya lakukan pada saat mau "take-off" lagi nanti. Bagaimana dengan hasil charge LiPo-nya, akan saya beritakan lebih lanjut, please wait for a moment...
 Kesimpulan :
Charge baterai menggunakan BC6 adalah sangat menarik dan menyenangkan. Selain opsi-nya yang lengkap, analisa dari karakteristik setiap baterai dapat kita lakukan menggunakan software-nya. Nasihat saya, jika memang model electric RC adalah yang menjadi prioritas, maka sebaiknya anda menyediakan charger yang cukup baik terutama dalam segi kualitasnya seperti e-Station BC6 ini. Sebaiknya jangan membeli charger LiPo "asal-asalan" atau yang penting murah meriah. Ingat bahwa charger yang bagus dapat anda gunakan dalam jangka panjang dan kita akan merasa lebih aman menggunakannya (safety first), ini terutama berhubungan dengan charging LiPo baterai. Sebelum memutuskan untuk membeli Lithum charger, anda dapat mencari "review-nya" di internet dari para pemakai charger tsb dan hati2 terhadap charger "cloning" (tiruan, mirip dgn merk yang berbeda) yang kualitasnya tidak bisa dijamin. Dengan charger yang baik, baterai pesawat akan lebih awet, waktu terbangnyapun akan lebih lama. Tentu saja kualitas dari baterainya (terutama LiPo) harus baik pula. Ingat bahwa charger yang bermasalah dapat merusak baterai (khususnya Lipo) dan kualitas baterai yang bermasalah dapat merusak ESC (Electronic Speed Control) anda..