Beruk mentawai (Macaca pagensis)
merupakan salah-satu monyet endemik Kepulauan Mentawai, Sumatera. Hewan
endemik ber-ordo primata yang oleh masyarakat setempat disebut bokoi
ini populasinya semakin terancam sehingga oleh IUCN Redlist
dikategorikan sebagai satwa berstatus Critically Endangered, tingkatan
terakhir sebelum punah.
Beruk mentawai atau bokoi (Macaca pagensis)
bersama beruk siberut (Macaca siberu), semula dianggap sebagai anak
spesies dari Macaca nemestrina. Namun kemudian ketiganya dianggap
sebagai spesies yang berbeda.
Beruk
mentawai oleh masyarakat lokal disebut sebagai bokoi. Sedangkan dalam
bahasa Inggris, binatang endemik Kepulauan Mentawai ini disebut sebagai Pagai Island Macaque, atau Pagai Macaque. Sedangkan dalam bahasa ilmiah (latin), monyet langka ini dinamakan Macaca pagensis yang bersinonim dengan Macaca mentaveensis (de Beaux, 1923).
Diskripsi Fisik dan Perilaku.
Beruk mentawai (bokoi) mempunyai panjang tubuh antara 45-55 (jantan)
dan 40-45 (betina) dengan panjang ekor mencapai antara 10-16 cm. Berat Macaca pagensis antara 6-9 kg untuk jantan dan hanya 4,5-6 kg untuk beruk betina.
Beruk mentawai mempunyai ciri menyerupai
beruk-beruk lainnya. Perbedaannya pada rambut bagian pipi yang berwarna
lebih gelap. Mahkota berwarna coklat dengan rambut pada dahi dan mantel
lebih panjang.
Kulit wajah beruk mentawai berwarna hitam
dengan mata coklat. Monyt ini memiliki kantong pipi yang berguna
sebagai penyimpan makanan saat bokoi ini mencari makan.
Beruk mentawai merupakan binatang diurnal
(aktif di siang hari) dengan memakan berbagai jenis daun, bunga,
biji-bjian, dan buah-buahan. Monyet endemik mentawai ini hidup tinggal
di atas pohon pada setinggi 24-36 meter secara berkelompok antara 5-25
individu. Monyet ini bersifat poligamus.
Habitat, Populasi dan Persebaran.
Beruk mentawai dapat dijumpai diberbagai habitat hutan bakau, pesisir,
hutan primer, hutan sekunder hingga hutan di dekat pemukiman.
Persebarannya terbatas di pulau Pagai Selatan, pulau Pagai Utara, dan
pulau Sipora di Kepulauan Mentawai, Sumatera.
Habitatnya yang hanya tersebar di 3 pulau
di kepulauan Mentawai (Sipora, Pagai Utara, dan Pagai Selatan),
perburuan, serta deforestasi hutan dan pertambahan penduduk di
pulau-pulau tersebut membuat populasi monyet asli mentawai ini semakin
terdesak dan terancam kepunahan. Populasinya hanya tersisa sekitar
2.100-3.700 ekor (Paciulli 2004). Padahal pada tahun 1980-an populasinya
masih tercatat sebanyak 15.000 ekor (Whittaker 2006).
Lantaran itu, IUCN Redlist kemudian memasukkan beruk mentawai (Macaca pagensis)
dalam status konservasi Critically Endangered (Kritis) sejak tahun
2000. Dengan status ini, beruk mentawai (bokoi) menjadi salah satu dari
11 mamalia Indonesia yang berstatus kritis selain harimau sumatera, macan tutul jawa, badak jawa, dan saudara beruk mentawai Kerahitam sulawesi (Macaca nigra).
Semoga sang monyet endemik mentawai ini tetap mampu bertahan di tengah desakan populasi manusia.
Klasifikasi Ilmiah: Kerajaan: Animalia; Filum: Chordata; Kelas: Mammalia; Ordo: Primata; Famili: Cercopithecidae; Genus: Macaca; Species: Macaca pagensis (Miller, 1903).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar