penguasa Kerajaan Majapahit hingga berdirinya Kesultanan Demak yang
didirikan oleh Raden Patah putra Kertawijaya (Brawijaya I) dari selir
yang berasal dari Cina (menurut ”Babad Tanah Jawi”) pada tahun 1478, dan
menurut “Pararaton”, Kertawijaya sendiri adalah putra
Wikramawardhana-Raja Majapahit ke V dari selir,
1293-1309 Raden Wijaya, ibukota di tepi Kali Brantas (Kabupaten Sidoarjo)
1309-1328 Jayanagara
1328-1350 Ratu Tribhuwana Wijayatunggadewi (Bhre Kahuripan)
1350-1389 Hayam Wuruk (Rajasanagara) – Patih Gajah Mada wafat tahun 1364
1389-1429 Wikramawardhana, ibukota pindah ke Trowulan (Kab. Mojokerto)
1429-1447 Ratu Suhita
1447-1451 Kertawijaya (Brawijaya I), bapak dari Raden Patah-pendiri Demak
1451-1453 Rajasa Wardhana (Brawijaya II)
1453-1456 terjadi kekosongan penguasa Majapahit
1456-1466 Girisawardhana (Brawijaya III)
1466-1468 Singhawikramawardhana (Bhre Pandanalas-Brawijaya IV)
1468-1478 Bhre Kertabumi (Brawijaya V)
1309-1328 Jayanagara
1328-1350 Ratu Tribhuwana Wijayatunggadewi (Bhre Kahuripan)
1350-1389 Hayam Wuruk (Rajasanagara) – Patih Gajah Mada wafat tahun 1364
1389-1429 Wikramawardhana, ibukota pindah ke Trowulan (Kab. Mojokerto)
1429-1447 Ratu Suhita
1447-1451 Kertawijaya (Brawijaya I), bapak dari Raden Patah-pendiri Demak
1451-1453 Rajasa Wardhana (Brawijaya II)
1453-1456 terjadi kekosongan penguasa Majapahit
1456-1466 Girisawardhana (Brawijaya III)
1466-1468 Singhawikramawardhana (Bhre Pandanalas-Brawijaya IV)
1468-1478 Bhre Kertabumi (Brawijaya V)
Kerajaan Majapahit yang didirikan pada tahun 1293 oleh Raden Wijaya
mulai kehilangan pengaruhnya bersamaan dengan kematian cucunya Hayam
Wuruk pada tahun 1389. Setelah kematiannya, suatu periode panjang
kekacauan politik tampaknya berlangsung (Vlekke, 2008)
Hal ini juga diperkuat oleh pendapatnya Ricklefs (2008), yang
menyebutkan ada beberapa sebab yang menyebabkan runtuhnya Majapahit
diantaranya, (1) Perang saudara yang terjadi sekitar tahun 1405-1406
atau yang dikenal sebagai Perang Paregreg, (2) Pemberontakan yang
dilakukan oleh seorang bangsawan Majapahit (Bhre Kertabumi) tahun 1468
dan (3) Ekspansi Kesultanan Demak ke wilayah-wilayah Majapahit baik di
pesisir maupun pedalaman Pulau Jawa.
Perang Paregreg adalah perang antara Majapahit istana barat yang
dipimpin Wikramawardhana, melawan istana timur yang dipimpin Bhre
Wirabhumi.
Sebelumnya diketahui bahwa Kerajaan Majapahit berdiri tahun 1293 berkat
kerja sama antara Raden Wijaya dan Arya Wiraraja. Pada tahun 1295, Raden
Wijaya membagi dua wilayah Majapahit untuk menepati janjinya semasa
perjuangan. Sebelah timur diserahkan pada Arya Wiraraja dengan ibu kota
di Lumajang
Pada tahun 1316 Jayanagara putra Raden Wijaya menumpas pemberontakan
Nambi di Lumajang. Setelah peristiwa tersebut, wilayah timur bersatu
dengan wilayah barat. Namun demikian pada tahun 1401, Istana Timur dan
Istana Barat mengalami perselisihan kembali yang kemudian menyebabkan
Perang Paregreg. Majapahit Barat berhasil mengalahkan Istana Timur pada
tahun 1406 ketika pasukan barat dipimpin Kertawijaya putra
Wikramawardhana menyerbu pusat kerajaan timur.
Setelah Perang Paragreg, daerah-daerah bawahan di luar Jawa banyak yang
lepas tanpa bisa dicegah karena kekuatan militer Majapahit
diprioritaskan untuk menghadapi perang saudara. Misalnya, tahun 1405
daerah Kalimantan Barat direbut kerajaan Cina. Lalu disusul lepasnya
Palembang, Melayu, dan Malaka yang tumbuh sebagai bandar-bandar
perdagangan ramai, yang merdeka dari Majapahit. Kemudian lepas pula
daerah Brunei yang terletak di Pulau Kalimantan sebelah utara.
Sebab kemunduran Majapahit lainnya adalah terjadi pemberontakan/kudeta
yang dilakukan oleh Bhre Kertabumi terhadap Bhre Pandanalas (Brawijaya
IV) pada tahun 1468 yang waktu itu merupakan Raja Majapahit yang ke 10.
Bhre Pandanalas mundur menyingkir ke Kediri dan meneruskan
pemerintahannya dari sana. Dengan demikian pada saat itu ada dua
kekuasaan kembar Majapahit yang berpusat di Trowulan-Mojokerto dan yang
berpusat di Kediri.
Ketika Bhre Pandanalas wafat pada tahun 1474, ia digantikan oleh
putranya Girindawardhana Dyah Ranawijaya. Ia bertekad membalaskan dendam
ayahnya kepada Bhre Kertabumi. Tahun 1478 ia menyerang
Trowulan-Mojokerto Bhre Kertabumi berhasil dibunuh oleh tentara
Ranawijaya dan ia pun naik takhta sebagai Raja Majapahit ke 12 atau
menurut Hasan Djafar (2009), Girindawardhana Dyah Ranawijaya adalah
sebagai Raja Majapahit terakhir. Keadaan politik Majapahit akibat perang
saudara yang berlarut-larut itu menjadi semakin tidak stabil dan
menyebabkan kekuatan Majapahit semakin melemah.
Berdirinya Kesultanan Demak pada tahun 1478 oleh Raden Patah putra
Brawijaya I (Raja Majapahit ke 7) dan ekspansi-ekspansi yang
dilakukannya di daerah pesisir dan pedalaman Pulau Jawa, menambah
suramnya Kerajaan Majapahit dan menyebabkan terkikisnya kekuasaan
Majapahit satu per satu (kecuali Blambangan yang masih dapat bertahan).
Beberapa ekspedisi penaklukan diantaranya :
(1) Tuban ditaklukan tahun 1527
(2) Madiun ditaklukan tahun 1530
(3) Pasuruan ditaklukan tahun 1543
(4) Kediri dan Malang ditaklukan tahun 1545
(5) Panarukan ditaklukan tahun 1546; dan
(6) Gunung Penanggungan ditaklukan tahun 1550
(2) Madiun ditaklukan tahun 1530
(3) Pasuruan ditaklukan tahun 1543
(4) Kediri dan Malang ditaklukan tahun 1545
(5) Panarukan ditaklukan tahun 1546; dan
(6) Gunung Penanggungan ditaklukan tahun 1550
Namun secara politik Majapahit sudah lumpuh sekitar tahun 1519. Ini
adalah pendapat dari seorang penulis Italia Antonio Pigafetta yang
menulis buku ”Primo Viaggio Intorno al Mondo” pada tahun 1922. Dalam
bukunya ia menulis,
”Magepaher (when its king was alive, he was the most powerful in all
those islands, and his name was Raia Patiunus)” yang artinya kurang
lebih, ”Majapahit (rajanya yang bernama Pati Unus, ketika masih hidup,
ia adalah raja yang paling berkuasa)” (lihat ”Masa Akhir Majapahit”,
hal. 113).
Sebagaimana diketahui Pati Unus adalah Sultan Demak II yang memerintah
tahun 1518 hingga tahun 1521. Kekeliruan Pigafetta disini adalah, ia
mengira Pati Unus adalah salah satu Raja Majapahit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar